Mengenang kembali masa lalu sangat baik untuk para lansia. Nostalgia musikal dapat membantu mereka menghilangkan rasa kesepian dan menumbuhkan rasa keterhubungan dengan lingkungan sekitar. Oma-Opa semakin merasa kesepian dari waktu ke waktu. Anggota keluarga dan teman-teman tidak berada di sisi mereka lagi. Usia membuat mereka merasa semakin terisolir, dan semakin sulit untuk membina hubungan dengan sekitar.
Maka dari itu Oma-Opa harus punya kesempatan untuk bernostalgia dengan mengenang kembali lagu, tempat, dan music favorit dari masa lalunya. Dengan piringan hitam (sengaja kami memilih media vinyl /piringan hitam karena vinyl adalah format rekaman yang paling familiar dengan generasi Opa-Oma) kami mencoba membantu Oma-Opa untuk mengenang kembali orang orang terdekat, dan musik dari masa lalu mereka, untuk sekedar menghilangkan stress dan membuat mereka merasa lebih muda, dan diharapkan dapat meningkatkan kwalitas hidup di sisa umurnya.
Looking back to the past once in a while may actually be good for old people feel less lonely and more connected to others. Old people feel lonely from time to time. Family members and friends may live far away. Age may leave them feeling isolated and make it hard to nurture relationships.They have to comfort themselves by jotting down memories of supportive friends, favorite places, and MUSIC from the past.
With old vinyl records, (the most familiar recording format for the generation born in the 30's and 40's), we are trying to support them to thinking about their favorite people, places and music in their past, to reduce stress and make them feel younger, and bring them back to life, enabling them to feel like themselves again, to converse, socialize and stay present.
Looking back to the past once in a while may actually be good for old people feel less lonely and more connected to others. Old people feel lonely from time to time. Family members and friends may live far away. Age may leave them feeling isolated and make it hard to nurture relationships.They have to comfort themselves by jotting down memories of supportive friends, favorite places, and MUSIC from the past.
With old vinyl records, (the most familiar recording format for the generation born in the 30's and 40's), we are trying to support them to thinking about their favorite people, places and music in their past, to reduce stress and make them feel younger, and bring them back to life, enabling them to feel like themselves again, to converse, socialize and stay present.
STAF PRODUKSI
Manager Produksi: JIMMY ONG LINAWATI DERMAWAN Sutradara: KIKI ASSAF Screenwriter: TIFFANY RAMADHANIA Kamera: ERLAND HERLAMBANG YOPI FIRMANSYAH KIKI ASSAF OKI FAISAL GI ADHE KADAR FAUZAN NURZAMAN LUTHFI FARIZ HEALTY MARYATI Grafis: HERRY SUTRESNA KIKI ASSAF Penyunting: KIKI ASSAF Score: RIFFAL GREENZHY KHALWAFI KIKI ASSAF Penerjemah: RISA Fotografi: ERLAND HERLAMBANG SEBASTIAN GAMINO KIKI ASSAF ADHE KADAR OKI FAISAL GI YOPI FIRMANSYAH IMAN FIRMANSYAH Dukungan Teknis: MASAGUS IDHAM WAHYUDI IRWAN IRHAS NURLY Pewawancara: LINAWATI DERMAWAN TATA KARWATA KAIRYADI HALIM TIFFANY RAMADHANIA Partisipan: Gathering 1: SUHARSONO JANTO WANG CHU CIEN IRWAN IRHAS NURLY ADHE KADAR HEALTY MARYATI Gathering 2: ERLAND HERLAMBANG SIOK BUN MASAGUS IDHAM WAHYUDI YOPI FIRMANSYAH GM YANNIE SRI YO MEI WEN SHERLY MAYYANI SEBASTIAN GAMINO IRWAN IRHAS NURLY HERLAMBANG JALUARDI Nara Sumber: DR. Dr. MARULI MANGUNSONG, S.Ps, M. Epid Sr. AGUSTIN SFS IMAN FIRMANSYAH S.Kep Public Relation: R SUBARJO PRODUKSI IDDIGGERS 2016
Screening info: agelessdocumentary@gmail.com |
Ageless, Film yang Mempertemukan Opa dan Oma dengan Musik
Sabtu, 10 Maret 2018 16:40
Dok Kiki Assaf. Opa oma di panti wreda Wisma Assisi
Sukabumi kembali merasakan masa muda mereka dengan musik dari vinil
|
TRIBUNJOGJA.COM, BANTUL -
Dalam sebuah film dokumenter, yang dibutuhkan tak hanya teknik namun sebuah
rasa, kepekaan tentang masalah yang terjadi di lingkungan. Kiki Assaf, mengolah rasa itu
dalam sebuah film bertajuk Ageless. Film yang
menggambarkan kerinduan opa-oma akan masa mudanya di sebuah panti wreda Wisma
Assisi Sukabumi. Dengan footage yang
dihasilkan oleh beberapa partisipan, Kiki merangkai film dokumenter yang dapat
menggambarkan emosi para orang tua di sana. Melalui sebuah musik yang
disuguhkan dalam bentuk vinil, opa oma di sana sekali lagi merasakan masa
kejayaan mereka. Saat ditemui dalam diskusi film
KamISInema, di Fakultas Seni Media Rekam ISI Yogyakarta, Sabtu (9/3/2018)
kemarin, Kiki sebagai sutradara sekaligus produser mengatakan bahwa film ini
dibuat atas unsur ketidaksengajaan.
"Awalnya tidak ada niatan
bikin film, tapi dari footage yang terkumpul saya berpikir bahwa ini layak
untuk dibagikan. Kita harus tahu bahwa kelak kita akan menjadi tua, dan musik
adalah media untuk menolong kesejahteraan jiwa," ucapnya. Kebetulan Kiki selama ini
mengoleksi piringan hitam zaman dulu. Ia pun memindahkan perangkat
pemutar vinil miliknya ke panti wreda tersebut. "Pertama kali ke panti
jompo, saya melihat ini panti jompo yang sejahtera. Tapi melihat ekspresinya,
ada kemarahan dalam diri mereka. Saat mengobrol tentang musik, mereka terlihat
semangat. Maka saya mengkoneksikan dengan cara mengumpulkan vinil yang saya
punya dan membuat event di sana."
Ternyata kegiatan itu dapat
menggugah empati para pengoleksi vinil dan turut menyumbangkan vinil mereka. Langkah itu pun sangat disambut
oma opa di sana. Dalam sebuah scene, terlihat musik dapat membangkitkan
semangat mereka. Dalam posisi duduk, ada yang
menggerakan telapak kaki atau jemarinya saat mengikuti irama musik. Bagi yang memiliki fisik yang
masih kuat, mereka berdansa agogo saat ditingkahi lagu Elvis Presley. Lagu lain yang menjadi kegemaran
opa oma di sana adalah keroncong dan mandarin. "Mereka mengalami
kekosongan, namun musik dapat membangkitkan mereka. Format fisik buat saya
penting, karena modernisasi saat ini membuat banyak remontisme yang hilang.
Format fisik patut dipertahankan, meski kemajuan teknologi berkembang pesat
namun di film ini menceritakan modernitas tidak selamanya berfungsi,"
lanjutnya. Tata Karwata, pengamat musik,
mengatakan vinil biasanya dimiliki oleh kolektor, mereka mengumpulkan untuk
diri mereka sendiri. Sementara orang tua di panti
wreda, mereka dipaksa untuk sendiri.
Artikel ini telah tayang di Tribunjogja.com dengan
judul Ageless, Film yang Mempertemukan Opa dan Oma dengan Musik, http://jogja.tribunnews.com/2018/03/10/ageless-film-yang-mempertemukan-opa-dan-oma-dengan-musik?page=3.
Penulis: nto
Editor: Ari Nugroho
No comments:
Post a Comment