Tuesday, March 28, 2017

Ageless | Film Dokumenter



Mengenang kembali masa lalu sangat baik untuk para lansia. Nostalgia musikal dapat membantu mereka menghilangkan rasa kesepian dan menumbuhkan rasa keterhubungan dengan lingkungan sekitar. Oma-Opa semakin merasa kesepian dari waktu ke waktu. Anggota keluarga dan teman-teman tidak berada di sisi mereka lagi. Usia membuat mereka merasa semakin terisolir, dan semakin sulit untuk membina hubungan dengan sekitar.
Maka dari itu Oma-Opa harus punya kesempatan untuk bernostalgia dengan mengenang kembali lagu, tempat, dan music favorit dari masa lalunya. Dengan piringan hitam (sengaja kami memilih media vinyl /piringan hitam karena vinyl adalah format rekaman yang paling familiar dengan generasi Opa-Oma) kami mencoba membantu Oma-Opa untuk mengenang kembali orang orang terdekat, dan musik dari masa lalu mereka, untuk sekedar menghilangkan stress dan membuat mereka merasa lebih muda, dan diharapkan dapat meningkatkan kwalitas hidup di sisa umurnya.

Looking back to the past once in a while may actually be good for old people feel less lonely and more connected to others. Old people feel lonely from time to time. Family members and friends may live far away. Age may leave them feeling isolated and make it hard to nurture relationships.They have to comfort themselves by jotting down memories of supportive friends, favorite places, and MUSIC from the past.

With old vinyl records, (the most familiar recording format for the generation born in the 30's and 40's), we are trying to support them to thinking about their favorite people, places and music in their past, to reduce stress and make them feel younger, and bring them back to life, enabling them to feel like themselves again, to converse, socialize and stay present.


Screening info: agelessdocumentary@gmail.com

Screening info: agelessdocumentary@gmail.com

AGELESS
STAF PRODUKSI

Manager Produksi: JIMMY ONG  LINAWATI DERMAWAN Sutradara: KIKI ASSAF Screenwriter: TIFFANY RAMADHANIA Kamera: ERLAND HERLAMBANG  YOPI FIRMANSYAH  KIKI ASSAF  OKI FAISAL GI  ADHE KADAR  FAUZAN NURZAMAN  LUTHFI FARIZ  HEALTY MARYATI Grafis: HERRY SUTRESNA  KIKI ASSAF  Penyunting: KIKI ASSAF Score: RIFFAL GREENZHY KHALWAFI  KIKI ASSAF Penerjemah: RISA Fotografi: ERLAND HERLAMBANG  SEBASTIAN GAMINO  KIKI ASSAF  ADHE KADAR  OKI FAISAL GI  YOPI FIRMANSYAH  IMAN FIRMANSYAH Dukungan Teknis: MASAGUS IDHAM WAHYUDI  IRWAN IRHAS NURLY Pewawancara: LINAWATI DERMAWAN  TATA KARWATA KAIRYADI HALIM  TIFFANY RAMADHANIA Partisipan: Gathering 1SUHARSONO JANTO  WANG CHU CIEN  IRWAN IRHAS NURLY  ADHE KADAR  HEALTY MARYATI Gathering 2ERLAND HERLAMBANG  SIOK BUN  MASAGUS IDHAM WAHYUDI  YOPI FIRMANSYAH  GM YANNIE SRI  YO MEI WEN  SHERLY MAYYANI  SEBASTIAN GAMINO  IRWAN IRHAS NURLY  HERLAMBANG JALUARDI Nara Sumber: DR. Dr. MARULI MANGUNSONG, S.Ps, M. Epid  Sr. AGUSTIN SFS  IMAN FIRMANSYAH S.Kep  Public Relation: R SUBARJO PRODUKSI IDDIGGERS 2016

Screening info: agelessdocumentary@gmail.com


Ageless, Film yang Mempertemukan Opa dan Oma dengan Musik

Sabtu, 10 Maret 2018 16:40
Dok Kiki Assaf. Opa oma di panti wreda Wisma Assisi Sukabumi kembali merasakan masa muda mereka dengan musik dari vinil 

TRIBUNJOGJA.COM, BANTUL - Dalam sebuah film dokumenter, yang dibutuhkan tak hanya teknik namun sebuah rasa, kepekaan tentang masalah yang terjadi di lingkungan. Kiki Assaf, mengolah rasa itu dalam sebuah film bertajuk Ageless. Film yang menggambarkan kerinduan opa-oma akan masa mudanya di sebuah panti wreda Wisma Assisi Sukabumi. Dengan footage yang dihasilkan oleh beberapa partisipan, Kiki merangkai film dokumenter yang dapat menggambarkan emosi para orang tua di sana. Melalui sebuah musik yang disuguhkan dalam bentuk vinil, opa oma di sana sekali lagi merasakan masa kejayaan mereka. Saat ditemui dalam diskusi film KamISInema, di Fakultas Seni Media Rekam ISI Yogyakarta, Sabtu (9/3/2018) kemarin, Kiki sebagai sutradara sekaligus produser mengatakan bahwa film ini dibuat atas unsur ketidaksengajaan.

"Awalnya tidak ada niatan bikin film, tapi dari footage yang terkumpul saya berpikir bahwa ini layak untuk dibagikan. Kita harus tahu bahwa kelak kita akan menjadi tua, dan musik adalah media untuk menolong kesejahteraan jiwa," ucapnya. Kebetulan Kiki selama ini mengoleksi piringan hitam zaman dulu. Ia pun memindahkan perangkat pemutar vinil miliknya ke panti wreda tersebut. "Pertama kali ke panti jompo, saya melihat ini panti jompo yang sejahtera. Tapi melihat ekspresinya, ada kemarahan dalam diri mereka. Saat mengobrol tentang musik, mereka terlihat semangat. Maka saya mengkoneksikan dengan cara mengumpulkan vinil yang saya punya dan membuat event di sana."

Ternyata kegiatan itu dapat menggugah empati para pengoleksi vinil dan turut menyumbangkan vinil mereka. Langkah itu pun sangat disambut oma opa di sana. Dalam sebuah scene, terlihat musik dapat membangkitkan semangat mereka. Dalam posisi duduk, ada yang menggerakan telapak kaki atau jemarinya saat mengikuti irama musik. Bagi yang memiliki fisik yang masih kuat, mereka berdansa agogo saat ditingkahi lagu Elvis Presley. Lagu lain yang menjadi kegemaran opa oma di sana adalah keroncong dan mandarin. "Mereka mengalami kekosongan, namun musik dapat membangkitkan mereka. Format fisik buat saya penting, karena modernisasi saat ini membuat banyak remontisme yang hilang. Format fisik patut dipertahankan, meski kemajuan teknologi berkembang pesat namun di film ini menceritakan modernitas tidak selamanya berfungsi," lanjutnya. Tata Karwata, pengamat musik, mengatakan vinil biasanya dimiliki oleh kolektor, mereka mengumpulkan untuk diri mereka sendiri. Sementara orang tua di panti wreda, mereka dipaksa untuk sendiri.

 Dua kutub itulah yang dipertemukan dalam film yang digarap dari tahun 2012 hingga 2016 silam. "Dari film ini dapat dilihat yang namamya bahagia harus ada unsur sedih dan gembiranya. Ada koneksitas dari media vinil yang mereka kenal saat muda. Dengan fisik vinil yang mereka kenal, dan diputarnya lagu kesukaan mereka, maka hormon endorphin akan muncul dan timbulah kegimbaraan," ulasnya.(TRIBUNJOGJA.COM)

Artikel ini telah tayang di Tribunjogja.com dengan judul Ageless, Film yang Mempertemukan Opa dan Oma dengan Musik, http://jogja.tribunnews.com/2018/03/10/ageless-film-yang-mempertemukan-opa-dan-oma-dengan-musik?page=3.

Penulis: nto 
Editor: Ari Nugroho



No comments: